Pada budidaya ikan bandeng, akan ditemukan juga
produksi benih bibit bandeng. Bibit bandeng biasa disebut dengan nener. Potensi
budidaya ikan bandeng semakin meluas, sehingga perlu adanya pengembangan bibit nener bandeng
untuk menjawab potensi pasar dan melengkapi kebutuhan pasar. Pada
dewasa ini konsumsi bandeng semakin meningkat dan mulai merambah pada aneka ragam
olahan bandeng. Salah satu yang paling terkenal yaitu bandeng presto,
sebenarnya awal mula adalah orang-orang yang terganggu pada duri bandeng.
Namun, untuk memudahkan memakannya dan bisa menyimpan lebih lama maka muncul
berbagai ide olahan ikan. Bandeng presto pernah menjadi hal yang booming sampai akhirnya sudah menjadi
seperti hal biasa, menjadi aneh kalau bandeng itu diolah tidak dengan tulang
yang juga renyah di mulut. Produksi bibit nener ini juga didukung dengan
teknologi produksi benih, seperti di Hatchery, ataupun Hatchery Sepenggal (HS).
Potensi produksi nener di Hatchery mulai menampakkan hasil yang bagus. Usaha
ini tidak dipengaruhi oleh kondisi alam, serta tidak telalu berlebihan dalam
memanfaatkan sumber daya yang ada. Usaha pengembangan bibit nener bandeng bisa menjadi usaha yang mapan dan mampu membantu kenaikan ekonomi
daerah. Berikut
beberapa usaha
pengembangan bibit nener bandeng :
1.
Menyiapkan kolam atau bak
Kolam yang
digunakan untuk pengembangan larva, harus terbebas dari segala kotoran dan
mikroorganisme jadi harus benar-benar bersih. Cara membersihkannya bisa dengan
menyiram kaporit (dosis 5-10ppm) yang diendapkan selama kurang lebih 1 hari.
Baru setelah itu disiram dengan air tawar sampai kolam atau bak menjadi bersih.
2.
Penebaran telur
Kolam yang sudah
bersih hendaknya diisi dengan air laut yang difilter terlebih dahulu. Kemudian
diberikan elbosin ke dalam bak setelah itu telur baru bisa disebar.
3.
Pemberian pakan
-
Larva bandeng baru mulai makan pada usia
3 hari, sebelumnya kuning larva menyerap kuning telur. Setelah itu mulai diberi
Chlorella sp.
dan Rotifera sebagai makan alami yang berguna untuk peneduh
terhadap cahaya matahari yang masuk. Keduanya juga bisa disebut media
pemeliharaan bagi larva bandeng. Larva diberi makan dua kali dalam sehari yaitu
pagi dan sore. Setelah itu larva haruslah aktif untuk mencari makanan
disekitarnya.
Lebar
mulut larva ikan bandeng sekitar 225 mikro, sehingga makanannya harus
disesuaikan degan mulutnya yaitu rotifer.
-
Kuantitas dan
kualitas air perlu dijaga agar pemeliharaan larva bisa optimal. Perlu adanya
pengelolaan air, selanjutnya penyimpanan selama pemeliharaan.
-
Larva usia 2 hari
setelah menetas perlu adanya penyiponan sehingga cangkang yang ada di dasar
kolam tidak menggangu atau membusuk sehingga bisa meracuni larva.
4.
Panen Larva
-
Cara pemanenan larva bandeng bisa
dilakukan dengan total atau diambil secara bersamaan perlu dilakukan
pernyortiran yaitu selama 3-5 hari.
-
Sebelum dipanen perlu untuk
mengurangi volume air hingga 80%.
-
Memasang kelambu panen yang dipasang
pada ujung pipa pengeluaran kolam. Fungsi kelambu yaitu untuk memanen larva .
-
Kemudian pindahkan larva pada tempat
sortiran untuk dipelihara.
-
Waktu yang cocok untuk memanen
adalah pagi hari.
-
Pada usia 17 hari sampai pada 20
hari, maka larva sudah siap dipanen.
-
Ukuran rata-rata larva sekitar 12 mm
dan berat 0,006 gram.
-
Ketika larva dipelihara sampai usia
25 hari maka penampakan morfologisnya bisa dikatakan menyamai bandeng dewasa. Pengembangan bibit nener
bandeng bisa dikatan berhasil bila
keberhasilan panennya berkisar antara 60% - 80%. Tingkat kelangsungan hidupnya
hanya berkisar antara 20 sampai 25 hari.
0 Komentar