Indonesia merupakan negara agraris yang mana
menghasilkan banyak padi setiap tahunnya. Seharusnya negara ini tidak mengimpor
padi, namun kenyataannya sekarang tidaklah sama dengan teorinya. Kenyataannya
Indonesia masih juga mengimpor padi dari negara lain. Hal ini selain
dikarenakan lahan yang sudah banyak berkurang dikarenakan industry yang semakin
banyak berdiri di negeri ini, juga dikarenakan angka kehilangan setiap
penennya. Jadi padi yang setiap kali dipanen mengalami kehilangan hingga
20,42%. Hal ini tentu saja disayangkan. Banyaknya prosentasi kehilangan padi
ini bisa jadi dikarenakan proses memanen yang kurang baik. Cara memanen secara
tradisional sudahlah tidak efektif sehingga dibutuhkan system memanen modern
agar tidak lagi terjadi kehilangan yakni dengan menggunakan mesin-mesin
pemotong padi modern. Namun selain itu kehilangan juga terjadi saat:
1. Memanen
2. penyimpanan
3. pengangkutan
4. penggilingan
Semua
proses padi menjadi beras ini menyebabkan banyak kehilangan hingga 20,42%.
Kebanyakan petani Indonesia memanen padi
dengan
menggunakan sabit. Sabit ini terdiri dari dua macam yakni sabit biasa dan
bergerigi. Penggunaan sabit bergerigi ini bisa menekan angka kehilangan hingga
3% sehingga sangat dianjurkan untuk digunakan. Dan petani memang lebih banyak
menggunakan sabit bergerigi ini dibandingkan dengan jenis sabit lainnya. Selain
menggunakan sabit, di Indonesia masih belum mengenal teknologi modern bernama
mesin pemotong padi sehingga kebanyakan petani masih menggunakan sabit sebagai
alat pemotong manual. Hal inilah yang menyebabkan angka kehilangan terjadi.
Kebanyakan kehilangan terjadi memang pada saat proses pemotongan. Tentu saja
hal ini bisa diatasi yakni dengan menggunakan mesin-mesin pemotong padi modern.
Selain praktis juga bisa memotong padi dengan resiko kehilangan kecil.
Mungkin kebanyakan masyarakat mengetahui bahwa padi
banyak ditanam
hanya di negara-negara Asia saja, padahal jika menilik sejarahnya, padi justru
lebih banyak dibudidayakan oleh negara-negara Barat dengan menggunakan
teknologi yang sudah modern dan juga menggunakan rekayasa genetika yang bagus
untuk memperoleh hasil panen yang maksimal. Ada 6 negara bagian Amerika
setidaknya yang menjadi tulang punggung bagi produksi padi di Amerika yakni
California, Mississippi, Missouri, Texas, Louisiana, dan Arkansas. Di negara
Amerika ini, meskipun tidak banyak masyarakatnya yang mengkonsumsi nasi untuk
makanan sehari-harinya namun juga tetap menghasilkan padi, tujuannya tentu saja
untuk dijual kepada negara lainnya, selain untuk negaranya sendiri. Negara ini
bahkan mengekspor padinya hingga ke 100 negara yang mana sebanyak 12%
perdagangan beras di dunia dikuasai oleh Amerika.
Dengan melihat system negaranya yang sudah
maju, tentu saja tak heran apabila negara ini bisa mengekspor beras hingga ke
negara-negara yang digadang sebagai negara agraris seperti Indonesia ini.
Meskipun memiliki lahan yang luas, jika tidak dimanfaatkan dengan baik tentu
saja akan kalah dengan negara yang pandai memperhitungkan kekayaan alamnya.
Dahulu Indonesia pernah menjadi negara penghasil beras terbesar, namun kini
untuk menghidupi rakyatnya saja beras Indonesia masih belum cukup. Dengan
banyaknya industry yang didirikan menjadikan penyempitan lahan, ditambah pula
system panen yang masih manual dan dikerjakan oleh banyak orang semakin
menambah alasan tidak dihasilkan banyak beras tiap tahunnya. Di Amerika bahkan
memanen beras hanya membutuhkan 2 orang saja yang mana pekerjaan dilakukan
dengan menggunakan mesin. Lahan seluas 100 hektar bisa dipanen dalam waktu
singkat hanya dengan mesin traktor raksasa. Hal ini juga baik untuk mengurangi
resiko kehilangan diatas. Bagi petani padi Indonesia sudah selayaknya
mencontoh negara ini untuk lebih mengembangkan teknologi pertanian agar lebih
maju dan hasilnya bisa maksimal.
0 Komentar