Pada
dasarnya tidak semua lahan gambut dapat dikembangkan. Lahan gambut di Indonesia
banyak terdapat di pulau Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya dan Sumatera. Dan
kebanyakan di daerah dataran rendah atau pantai. Banyak lahan pertanian yang
justru digunakan untuk keperluan lain seperti bangunan komersial atau
perumahan. Sehingga pertanian diarahkan pada lahan gambut. Bertani di lahan gambut memang memerlukan ekstra
modal dan ekstra ketekunan. Hal itu membuat banyak orang enggan untuk
memanfaatkan lahan gambut. Banyak lahan gambut yang semakin rusak akibat dari
tidak adanya penanganan yang benar.
Jika ingin
bertani di lahan gambut, harus tahu dulu
cara pengolahan tanah dan cara perawatan yang benar :
1.
Pembakaran.
Pembakaran lahan adalah cara tradisional yang sering dilakukan masyarakat di
pedesaan. Abu hasil pembakaran akan sangat berpengaruh pada penurunan kadar
keasaman tanah. Cara ini berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Di tahun
pertama penyerapan keasaman dapat
meningkat.
2.
Pemberian
pupuk. Pupuk harus dalam komposisi yang benar karena lahan gambut memiliki
unsur hara yang minim.
3.
Pengelolaan
air. Dalam pengelolaan air untuk lahan gambut dapat dilakukan dengan beberapa
cara namun dengan batas dan syarat-syarat tertentu mengingat sifat lahan gambut
yang cenderung mudah mengering.
-
Drainase, drainese yang baik untuk
lahan gambut adalah dengan mempertahankan batas air kritis gambut. Tapi
usahakan tidak mengakibatkan kerugian pada tanaman dan hasil panen. Intensitas
drainase
tergantung pada kondisi tanah dan curah hujan. Jika curah hujannya tinggi, maka
gunakan sistem drainase untuk meminimalisir terjadinya banjir.
-
Irigasi,
irigasi perlu dilakukan jika batas kritis air tidak dapat terkontrol dan lebih
rendah dari kebutuhan air semestinya. Irigasi juga perlu dilakukan terutama
bagi tanaman tertentu. Tanaman mempunyai tahapan pertumbuhan yang sensitif
terhadap stres air yang berbeda. Pengetahuan tersebut dapat membantu penggunaan
air secara optimum.
-
Penggenangan, penggenangan berfungsi untuk
meminimalisir terjadinya subsidence. Cara ini untuk bertani
di lahan gambut dengan mengembangkan jenis hidrofilik atau tanaman toleran air yang
mempunyai nilai ekonomi. Tanaman tersebut antara lain, bayam china, kangkung
dan seledri air.
Selanjutnya perlu diketahui jenis tanaman yang dapat hidup di ladang
gambut.
1.
Padi, dihadapkan pada masalah
seperti kendala fisika, kesuburan serta pengelolaan tanah dan air khususnya
gambut yang tebal. Lahan gambut yang sesuai untuk padi adalah gambut dengan
ketebalan 20-50 cm dan gambut dangkal antara 0,5-1 m. Padi kurang sesuai pada
gambut dengan ketebalan lebih dari 1 m.
2.
Tanaman
perkebunan dan industri,
perusahaan swasta banyak memanfaatkan lahan gambut tebal untuk tanaman
perkebunan dan industri berskala besar. Biasanya perkebunan ini terdapat di
Riau. Sebelum penanaman harus dilakukan pemadatan lahan menggunakan alat berat.
Biasanya menggunakan pengairan sistem drainase yang tepat. Menggunakan pupuk
makro dan mikro menjadi pilihan tepat untuk menjaga kesuburan tanah. Tanaman
perkebunan dan industri dapat tumbuh di lahan gambut setebal 1-3 m.
3.
Palawija
dan tanaman musiman,
gambut dangkal dan gambut sedang dapat digunakan untuk pengembangan tanaman
musiman. Tanaman palawija memerlukan kondisi drainase yang tepat agar bagian
bawah tanaman tidak busuk. Hal ini juga dapat meminimalisir penggunaan pupuk.
Penanaman
tapioka dapat menghasilkan lebih dari 50 ton/ha jika pengelolaannya baik dan
merupakan tanaman penting pada gambut oligotropic tropis dengan drainase yang
tepat. Selain itu, bertani di lahan gambut juga dapat mengembangkan tanaman
jagung, berbagai jenis cabai, dan beberapa jenis buah seperti semangka dan
nanas.
0 Komentar